,
menampilkan: hasil
Wali Kota Edi Kamtono Sambut Kedatangan Jurnalis Malaysia
Jajaki Peluang Kerja Sama Antara Kedua Wilayah
PONTIANAK - Sebanyak 20 orang awak media dari Sarawak Malaysia melakukan lawatan ke Kota Pontianak. Kedatangan rombongan yang tergabung dalam Federation of Sarawak Journalists Association (Persatuan Wartawan Sarawak) bersama Konsul Malaysia di Pontianak Azizul Zekri serta didampingi pihak KJRI diterima langsung Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono di Ruang Pontive Center, Kamis (6/7/2023).
Kedatangan wartawan asal Malaysia ini untuk memperoleh informasi berkaitan dengan Kota Pontianak. Edi menyebut, banyak hal yang dipaparkannya kepada para tamu, mulai dari pemerintahan, kepariwisataan, kebudayaan maupun peluang kerja sama yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak.
"Mudah-mudahan hubungan yang sudah lama terjalin ini memberikan dampak positif terhadap kemajuan kedua wilayah, khususnya Kota Pontianak dan Kuching sehingga Pontianak bisa lebih dikenal oleh warga Sarawak Malaysia," ujarnya.
Diakuinya, untuk peluang kerja sama memang sangat terbuka antara Pemkot Pontianak dengan Dewan Bandaraya Kuching Utara (DBKU). Bahkan tidak hanya dengan Kuching, wilayah Sibu Malaysia juga pernah menjajaki peluang kerja sama dengan Kota Pontianak. Salah satunya wacana untuk mengkolaborasikan event sport tourism antara Pontianak dan Kuching. Tentunya hal ini memberi angin segar bagi perkembangan daya tarik wisata dan perekonomian di Pontianak.
"Misalnya Festival Dragon Boat, balap sepeda bertajuk Tour D'Borneo dan lain sebagainya," ungkapnya.
Kemudian, ia juga menambahkan, adanya desakan dari berbagai pihak untuk dibukanya penerbangan rute Pontianak-Kuching dan sebaliknya menjadi hal yang sangat dinantikan. Oleh sebab itu, pihaknya juga telah mengusulkan ke pemerintah pusat terkait hal tersebut pada saat Pontianak menjadi tuan rumah BIMP-EAGA.
"Kita sudah mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membuka kembali penerbangan Pontianak - Kuching dan sebaliknya," tuturnya.
Konsul Malaysia di Pontianak Azizul Zekri menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemkot Pontianak untuk memfasilitasi menerima kunjungan lawatan dari para jurnalis Sarawak.
"Tadi juga Wali Kota memaparkan berbagai hal berkaitan dengan Kota Pontianak," katanya.
Berbagai peluang kerja sama yang bisa dilaksanakan antara Kuching dengan Pontianak atau Sarawak dengan Kalbar. Peluang-peluang kerja sama cukup besar meliputi bidang ekonomi, perdagangan, pariwisata serta pendidikan dan kesehatan.
"Kita juga menjajaki peluang kerja sama baru seperti UMKM, pelancongan (pariwisata) dan lain sebagainya," imbuh Azizul.
Berkaitan dengan lawatan para awak media negeri Sarawak, dirinya menilai bahwa peranan media cukup besar dalam mempromosikan kerja sama di kedua wilayah, Sarawak dan Kalbar.
"Melalui lawatan ini mereka banyak memperoleh informasi berkaitan dengan peluang kerja sama kedua wilayah yang berbatasan langsung," sebutnya.
Shikin Louis dari Dayak Daily, satu di antara rombongan wartawan yang datang berkunjung, menyatakan bahwa kunjungan ini banyak memberikan manfaat bagi dirinya dan rekan-rekannya, terutama berkaitan dengan peluang kerja sama antara kedua belah pihak.
"Kami juga berharap lawatan ini semakin mempererat hubungan yang sudah terjalin selama ini antara keduanya. Kami juga banyak memperoleh informasi langsung dari Wali Kota Pontianak," jelasnya.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalbar Gusti Yusri mengungkapkan kedatangan rombongan wartawan asal Sarawak ini merupakan sebuah kebanggaan bagi Kota Pontianak.
"Artinya, mereka tertarik untuk mengetahui seperti apa wajah Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi yang bertetangga dengan negeri Sarawak Malaysia," sebutnya.
Ia berharap momentum ini juga semakin mempererat hubungan antara jurnalis Sarawak dan Pontianak.
"Sehingga kita bisa saling sharing dan berbagi informasi berkaitan dengan dunia jurnalisme," pungkasnya. (prokopim)
Warga Antusias Rayakan Hari Bakcang, Edi : Bisa Jadi Daya Tarik Wisata
PONTIANAK - Perayaan Hari Bakcang menjadi tradisi tahunan yang dirayakan masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Bakcang merupakan makanan tradisional masyarakat Tionghoa dan memiliki hari bakcang tersendiri. Makanan dari beras ketan yang diisi daging atau ayam cincang berbumbu ini pertama kali muncul pada zaman Dinasti Zhou. Menurut legenda, bakcang dibuat karena simpati rakyat kepada Qu Yuan yang bunuh diri dengan cara melompat ke sungai Miluo. Saat itu masyarakat melemparkan bakcang ke sungai dengan maksud agar binatang air tidak memakan jasad Qu Yuan dan beralih menyantap bakcang yang dilemparkan.
Di Kota Pontianak, perayaan Hari Bakcang digelar oleh Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Kota Pontianak di atas kapal wisata tepian Sungai Kapuas, Kamis (22/6/2023). Perayaan itu ditandai dengan melempar bakcang ke Sungai Kapuas. Beberapa warga Tionghoa dengan menggunakan perahu motor kecil menyusuri sungai dan mandi di Sungai Kapuas sebagai bagian dari ritual. Tradisi ini dikenal dengan nama tradisi mandi Peh Cun yang dilaksanakan pada tengah hari, dimulai pada pukul 10.00 hingga pukul 12.00 WIB tatkala matahari tepat berada di atas kepala.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono ikut serta melempar bakcang dari atas kapal bersama tamu undangan lainnya. Bakcang yang dilempar ke sungai sesekali disambut oleh warga yang tengah mandi di sungai yang mengitari kapal wisata. Edi mengatakan budaya Tionghoa dalam merayakan Hari Bakcang ini patut dilestarikan sebagai bagian dari khasanah budaya yang ada di Kota Pontianak. Meski budaya ini merupakan budaya lama namun masih dijalankan oleh warga Tionghoa di kota ini.
"Mudah-mudahan budaya ini bisa memberikan inspirasi dan memberikan manfaat terutama menjalin interaksi dan masyarakatnya semakin guyub," ungkapnya.
Tak hanya itu, lanjutnya lagi, perayaan bakcang ini memberikan dampak pada geliat perekonomian di Kota Pontianak. Betapa tidak, warga Tionghoa yang hendak mandi di Sungai Kapuas, beberapa di antaranya ada yang menyewa perahu motor air sebagai transportasi.
"Saya optimis jika budaya ini dikemas dengan baik maka semakin tahun semakin banyak menarik minat masyarakat untuk menyaksikannya, dan bukan tidak mungkin ini bisa menjadi agenda event di Kota Pontianak," imbuh Edi.
Menyaksikan antusias peserta yang meramaikan dengan mandi di sungai dan melempar bakcang, dia berpendapat bahwa tradisi ini bisa menjadi sebuah paket wisata sungai terutama bertepatan perayaan Hari Bakcang.
"Saya optimis ini juga menjadi bagian daya tarik wisata karena sangat menarik minat orang yang menyaksikannya, apalagi tamu-tamu dari luar Pontianak," pungkasnya.
Perayaan Hari Bakcang berasal dari Tiongkok yang usianya sudah mencapai 2.300 tahun. Perayaan ini digelar setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Secara umum perayaan Hari Bakcang adalah dengan memakan bakcang. Selain itu, pada perayaan tersebut juga ada tradisi mandi tengah hari. (prokopim)
Festival Meriam Karbit Wadah Penjaga Tradisi Budaya Pontianak
Wako Edi Harap Meriam Karbit Jadi Magnet Wisatawan
PONTIANAK - Sebanyak tujuh meriam karbit berdentum secara bergantian tatkala disulut oleh Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono dan Wakil Wali Kota Pontianak Bahasan, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalbar Harisson beserta jajaran Forkopimda Provinsi Kalbar dan Kota Pontianak. Sulutan itu menjadi pembuka dimulainya Festival Meriam Karbit 2023 di tepian Sungai Kapuas Gang Muhajirin Kelurahan Banjar Serasan Kecamatan Pontianak Timur, Kamis (20/4/2023) malam.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan, Festival Meriam Karbit digelar sebagai wujud menyemarakkan dalam menyambut Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriyah sekaligus melestarikan budaya yang sudah mengakar di Kota Pontianak. Apalagi, Pontianak merupakan wilayah pertama awal mula meriam karbit dibunyikan pada tahun 1771 silam. Konon meriam karbit ini dibunyikan untuk mengusir perompak kala itu. Selain itu, bunyi meriam karbit juga disebut untuk mengusir hantu.
"Bunyi yang menggelegar dengan sensasi luar biasa ini memiliki nilai sejarah bagi kota kita, untuk itu sudah sepatutnya dirawat dan dilestarikan. Kita ingin mengenalkannya sejak dini kepada generasi penerus. Mungkin jika bukan karena Sultan Syarif Abdurrahman, meriam karbit tidak akan pernah ada," ungkapnya.
Selain itu, dia berharap agenda tahunan permainan rakyat ini mampu mengundang daya tarik, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain permainannya yang menyenangkan, Edi ingin festival meriam meningkatkan perekonomian warga yang berada di sekitarnya. Pihaknya juga tengah berencana untuk meningkatkan kapasitas permainan ini, mulai dari dukungan dana maupun menambah jumlah pemain pada tahun-tahun berikutnya.
"Biasanya turis asing hadir ikut menyulut. Mudah-mudahan bisa mendatangkan lebih banyak turis," imbuhnya.
Pada akhir bulan Ramadan ini, bunyi meriam sangat dinanti masyarakat. Terlebih pada malam menjelang lebaran. Namun beberapa kendala di lapangan masih menjadi evaluasi Pemkot Pontianak. Sebagai contoh, bahan utama balok meriam kini mengalami kelangkaan.
"Hadiah-hadiah yang disediakan meski nilainya besar, pada dasarnya tidak akan bisa menggantikan dedikasi para penjaga tradisi ini. Namun kami berharap bisa memotivasi setiap pemain meriam karbit. Kita upayakan untuk ditingkatkan secara kolaborasi," terangnya.
Sekda Provinsi Kalbar Harisson menyampaikan apresiasinya kepada Pemkot Pontianak yang telah menggelar kembali acara rutin tahunan ini. Ia memberikan dukungan atas setiap upaya pelestarian budaya.
"Pemprov Kalbar selalu mendukung setiap pagelaran budaya di setiap kabupaten dan kota, salah satunya juga yang ada di Kota Pontianak," jelasnya.
Sebagai bentuk dukungan, kata Sekda, Gubernur Kalbar memberikan hadiah tambahan sebesar Rp20 juta.
"Kita harap panitia dapat mengajukan proposal kepada kami untuk kegiatan tahun depan," pesan dia.
Ketua Forum Komunikasi Seni dan Budaya Meriam Karbit Kalbar Fajriudin Anshari menuturkan, terdapat total 180 balok meriam yang siap menyemarakkan malam takbiran serta memperebutkan total hadiah lomba berupa uang tunai sejumlah Rp 44 juta.
"Proses penjurian akan dilaksanakan besok, Jumat (21/4/2023) atau bertepatan pada malam menyambut Hari Raya Idulfitri," katanya.
Juara pertama, lanjut Fajriudin, mendapat uang tunai senilai Rp15 juta. Juara kedua Rp10 juta dan juara ketiga Rp7 juta. Selanjutnya hadiah juga diberikan kepada juara keempat dan kelima. Kriteria penilaian pun dilihat dari berbagai sisi. Diantaranya kerasnya bunyi dentuman, kesenian budaya serta kekompakan pemain.
“Tahun ini tema yang diangkat itu bebas. Kita akan menilai keseniannya, bagaimana mereka melukis baloknya serta penampilan. Ada enam juri yang akan menilai festival ini,” tuturnya.
Fajriudin menambahkan, terdapat 17 kelompok yang telah menyiapkan 97 meriam karbit di wilayah Kecamatan Pontianak Timur. Sedangkan wilayah Kecamatan Pontianak Selatan dan Tenggara ada 14 kelompok yang menyiapkan 83 meriam karbit.
"Tetapi yang bisa mengikuti festival hanya 22 kelompok, selebihnya ikut memeriahkan," sebutnya.
Meriam karbit merupakan permainan rakyat yang menjadi tradisi setiap bulan Ramadan dan malam Idulfitri di Kota Pontianak. Meriam tersebut terbuat dari kayu mabang atau meranti dengan ukuran diameter antara 50 - 70 centimeter dan panjang kisaran 5 hingga 6 meter. Untuk membunyikannya, dibutuhkan bahan bakar berupa karbit. Kemudian terdapat lubang pada bagian meriam untuk tempat menyulutkan api hingga menghasilkan bunyi yang menggelegar. (kominfo/prokopim)
Malam Ini Festival Meriam Karbit Siap Digelar
180 Meriam Karbit Siap Menggelegar
PONTIANAK - Festival Meriam Karbit akan digelar Kamis (20/4/2023) malam. Seremonial peresmian festival bertempat di Jalan Tanjung Harapan Gang Muhajirin Kelurahan Banjar Serasan Kecamatan Pontianak Timur.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan, pelaksanaan Festival Meriam Karbit menjadi sebuah event yang sangat dinantikan oleh masyarakat. Bahkan tidak sedikit warga dari luar Provinsi Kalbar yang datang berkunjung untuk menyaksikan permainan rakyat yang digelar setiap menyambut Hari Raya Idulfitri ini.
"Festival Meriam Karbit ini rencananya akan dihadiri jajaran Forkopimda Provinsi Kalbar dan Forkopimda Kota Pontianak, jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkot Pontianak, tokoh masyarakat serta tamu undangan lainnya," ujarnya.
Sebanyak 180 meriam karbit bakal menyemarakkan festival di sepanjang Sungai Kapuas. Antusias masyarakat yang menyaksikan Festival Meriam Karbit ini diperkirakan bakal membludak. Permainan tradisional terbuat dari kayu berukuran diameter antara 50 - 70 centimeter dan panjang kisaran 5 hingga 6 meter, menggunakan bahan bakar karbit ini menimbulkan bunyi yang menggelegar.
"Ada sensasi tersendiri ketika menyulut meriam karbit karena adrenalin kita terpacu," ungkapnya.
Edi menambahkan, digelarnya Festival Meriam Karbit ini sebagai upaya pelestarian budaya yang sudah mengakar lama di Kota Pontianak. Meriam karbit menjadi bagian kehidupan masyarakat terutama yang bermukim di tepian Sungai Kapuas. Sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), meriam karbit memiliki nilai historis berdirinya Kota Pontianak. Potensi yang dimiliki Kota Pontianak selain Sungai Kapuas, juga diperkaya dengan budayanya seperti tradisi permainan meriam karbit ini.
"Kita ingin menggali lebih dalam budaya-budaya yang ada di Kota Pontianak sehingga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung," sebutnya.
Ketua Forum Komunikasi Seni dan Budaya Meriam Karbit Kalbar Fajriudin Anshari menerangkan, terdapat 17 kelompok yang telah menyiapkan 97 meriam karbit di wilayah Kecamatan Pontianak Timur. Sedangkan wilayah Kecamatan Pontianak Selatan dan Tenggara ada 14 kelompok yang menyiapkan 83 meriam karbit.
"Total ada 180 meriam karbit yang mengikuti festival tahun ini," pungkasnya. (prokopim)