,
menampilkan: hasil
Resmikan Area Kuliner Rusunawa Harapan Jaya, Pj Wako Ingin Ada di Tiap Kecamatan
Upaya Pemkot Pontianak Tingkatkan Perekonomian Warga
PONTIANAK - Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak Edi Suryanto meresmikan Area Kuliner UMKM di Halaman Rusunawa Harapan Jaya. Pontianak Selatan menjadi kecamatan pertama yang memiliki pusat kuliner UMKM sesuai rencana Pj Wali Kota untuk mewujudkan area UMKM di setiap kecamatan, khususnya kuliner.
"Alhamdulillah di Pontianak Selatan ini sudah ada hasilnya. Ini berkat kerja keras tim Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskumdag) dan semua dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) Kota Pontianak yang benar-benar bersungguh-sungguh merealisasikan ini,” ujarnya usai meresmikan Area Kuliner UMKM di Rusunawa Harapan Jaya, Rabu (19/2/2025).
Menurutnya, keberadaan food court atau area kuliner ini sangat penting sebagai tempat berkumpul masyarakat dan membuka peluang ekonomi. Di sini akan menjadi wadah pertemuan antara penjual dan pembeli jajanan kuliner.
"Tempat-tempat yang sudah benar-benar disiapkan ini menjadi wadah masyarakat berkumpul, mencari rezeki dan tempat jajan," jelasnya.
Edi berharap ke depannya setiap kecamatan bisa memiliki lebih dari satu food court, mengingat besarnya jumlah masyarakat di Kota Pontianak. Bahkan bila perlu untuk menarik pedagang dan pengunjung kawasan ini, digelar lomba.
"Kalau sudah banyak, nanti bisa dilombakan mana yang paling meriah dan paling bagus penyajiannya," tambahnya.
Terkait dampak ekonomi, Pj Wali Kota meyakini keberadaan food court ini akan memberikan efek yang luar biasa besar bagi masyarakat, khususnya para pelaku UMKM.
"Para bapak-ibu pelaku usaha bisa mendapatkan manfaat secara langsung. Meski nilai nominalnya mungkin tidak terlalu besar, tapi dampaknya sangat positif bagi pelaku usaha dan konsumen," imbuhnya.
Kepala Diskumdag Kota Pontianak Ibrahim menyatakan, area kuliner yang diperuntukkan bagi UMKM ini memang sebelumnya sudah direncanakan, bahkan Pj Wali Kota meninjau langsung lokasi ini.
"Alhamdulillah, atas arahan Bapak Pj Wali Kota, kawasan Rusunawa yang ada di wilayah Kelurahan Kota Baru ini segera diresmikan sebagai pusat kuliner. Ini akan menjadi daerah tumbuh kembang ekonomi baru, terutama bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah," tuturnya.
Dengan diresmikannya area kuliner ini, diharapkan dapat menggeliatkan aktivitas ekonomi di kawasan tersebut. Ibrahim menghimbau para pedagang untuk tertib dalam mengatur tempat berjualan.
"Jangan sampai memenuhi bagian depan gang yang menghalangi akses masuk warga. Rezeki sudah ada yang mengatur, termasuk soal gerobak yang dibagikan," pungkasnya.
Diskumdag Kota Pontianak telah menyediakan gerobak-gerobak bagi pelaku UMKM di area kuliner Rusunawa Harapan Jaya. Dengan tersusun rapi, gerobak-gerobak berjejer di halaman Rusunawa yang menjual berbagai jajanan kuliner. (prokopim)
Penerimaan PBB di Pontianak Utara Rendah, Pj Wali Kota Minta Dukungan RT/RW
PONTIANAK - Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak Edi Suryanto mengungkapkan keprihatinannya terhadap rendahnya tingkat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kecamatan Pontianak Utara yang hanya mencapai 34 persen.
"Bagaimana bisa membangun kalau PBB yang terbayar hanya 34 persen. Saya berharap para lurah, RT dan RW bisa membantu mengoptimalkan penerimaan PBB ini," ujarnya saat membuka Musrenbang RKPD Tingkat Kecamatan Pontianak Utara di Aula CU Pancur Kasih, Rabu (19/2/2025).
Edi menekankan pentingnya peran aktif seluruh elemen masyarakat dalam pembangunan daerah, termasuk dalam hal pembayaran PBB. Menurutnya, peningkatan penerimaan PBB sangat krusial untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang diusulkan masyarakat.
"Kalau penerimaan PBB meningkat, usulan pembangunan senilai Rp253 miliar yang bapak-ibu ajukan bisa tercapai. Tapi kalau tidak, DPRD pasti akan kesulitan dalam pembahasan anggaran karena keterbatasan dana," jelasnya.
Pj Wali Kota juga meminta masyarakat untuk memastikan usulan pembangunan yang telah dibahas di tingkat kelurahan dapat terealisasi pada tahun 2026.
"Pastikan apa yang Bapak-Ibu bahas di Musrenbang tingkat kelurahan, itulah yang dibahas sekarang dan dianggarkan serta dibangun pada 2026," pungkasnya. (prokopim)
Edi Minta TPID Tingkatkan Kualitas Penyusunan Laporan
PONTIANAK - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Pontianak ikut turut serta dalam capacity building yang digelar oleh TPID Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak Edi Suryanto menyampaikan, ada beberapa hal yang menjadi poin pembahasan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan terakhir melaporkan.
“Tadi disoroti bahwa kita secara umum ada yang pintar membuat rencana tetapi tidak pintar melaksanakan. Ada juga yang pintar berencana dan melaksanakan, tetapi tidak baik dalam melaporkan. Ini diarahkan supaya ketiganya sejalan,” terangnya usai mengikuti kegiatan secara daring di Pontive Center, Jumat (14/2/2025).
Di Kota Pontianak sendiri, lanjut Pj Wali Kota, secara umum implementasi ketiga hal tersebut sudah baik. Salah satu indikasinya terlihat dari angka inflasi Kota Pontianak yaitu 1,58 persen.
“Angka year-to-year kemarin dilaporkan 1,58 persen. Kemudian proses di lapangan sudah tepat mulai dari survey di beberapa pasar secara rutin lalu menjaga distribusi,” sebut Edi.
Ia juga mengapresiasi upaya pengawasan terhadap komoditas yang rentan terjadi lonjakan oleh TPID Kota Pontianak. Tugas ke depan adalah melaporkan dengan baik dengan mengumpulkan setiap bukti dokumentasi.
“Kota Pontianak alhamdulillah so far so good, tetapi tugas kita mengevaluasi kembali supaya tidak ada yang terlewat,” ujarnya.
Edi menegaskan pentingnya sinergi antara berbagai pihak dalam mengendalikan inflasi, termasuk pemerintah daerah, Bank Indonesia, serta para pelaku usaha. Menurutnya, kolaborasi yang baik akan menghasilkan kebijakan yang lebih efektif dalam menjaga stabilitas harga di Kota Pontianak.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri, perlu ada dukungan dari semua pihak, baik itu pemerintah, BI, pengusaha, hingga masyarakat. Dengan adanya koordinasi yang baik, kita bisa lebih cepat mengantisipasi potensi kenaikan harga,” jelasnya.
Menjelang hari-hari besar keagamaan yang sering kali menjadi momen kenaikan harga, langkah-langkah konkret terus dilakukan untuk memastikan ketersediaan bahan pokok tetap terjaga.
“TPID Kota Pontianak akan terus melakukan pemantauan harga secara rutin dan memberikan laporan yang lebih terstruktur agar upaya yang dilakukan bisa lebih maksimal,” tutupnya. (kominfo)
Lewat Tanjak, Penghasilan Suherman Kian Menanjak
Pj Wali Kota Puji Produk Kampung Tanjak
PONTIANAK - Kemahiran Suherman membuat tanjak dan kain sampin tak hanya untuk diri sendiri. Ilmu yang diperolehnya secara otodidak melalui kanal Youtube, ditularkannya kepada peserta pelatihan membuat tanjak dan kain sampin di workshop Kampung Tanjak miliknya. Kampung Tanjak yang didirikan sejak 2017 lalu, telah mampu meningkatkan perekonomiannya dengan menjual tanjak dan kelengkapan pakaian adat Melayu. Di workshop yang berlokasi di Jalan Selat Panjang Gang Amal Kelurahan Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara, Suherman juga memberikan pelatihan bagi siapapun yang ingin belajar membuat tanjak serta kain sampin. Bekerja sama dengan PT Telkom, Suherman mendapat dukungan dari BUMN tersebut untuk memberikan pelatihan membuat kain sampin maupun tanjak kepada 10 orang peserta.
Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak Edi Suryanto, menegaskan pentingnya pengembangan keterampilan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan, termasuk pelatihan keterampilan membuat kain sampin sebagai pelengkap pakaian adat Melayu. Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak berkomitmen untuk memfasilitasi pengembangan produk kreatif seperti yang dilakukan Suherman, agar memiliki nilai jual yang tinggi, baik di pasar lokal maupun mancanegara. Menurut Edi, pelatihan keterampilan masyarakat menjadi langkah awal untuk menciptakan produk berkualitas.
"Kalau diibaratkan, ini bukan soal memberikan ikan, tapi bagaimana memberikan mereka kail agar mendapatkan ikan yang banyak. Dengan keterampilan yang ditingkatkan, masyarakat dapat menghasilkan produk yang layak jual sehingga menambah pendapatan mereka," ujarnya usia meninjau pelatihan membuat kain sampin dan tanjak di Kampung Tanjak, Rabu (12/2/2025).
Edi menyoroti pentingnya kreativitas dan kualitas dalam menciptakan produk. Ia menyebut beberapa produk lokal seperti tanjak dan kain sampin sebagai contoh hasil karya yang memiliki potensi besar.
"Kualitas dan kreativitas produk dari Kampung Tanjak milik Pak Suherman ini sangat luar biasa. Kita harus memastikan orang luar Pontianak juga tahu bahwa produk kita bagus," katanya.
Untuk memperluas pasar, Edi mengusulkan agar produk-produk lokal dipamerkan di tempat strategis seperti bandara, hotel dan lokasi lainnya. Meskipun era digital sudah berkembang, display fisik tetap penting.
“Kami dari Pemerintah Kota Pontianak akan memikirkan cara terbaik untuk menampilkan produk-produk ini," jelasnya.
Terkait pemasaran ke mancanegara, Edi menyampaikan bahwa Pemkot Pontianak siap memfasilitasi produk-produk lokal untuk menembus pasar luar negeri. Salah satu langkah yang dipertimbangkan adalah mengikuti agenda pameran di negara tetangga seperti Malaysia.
"Kami akan mendampingi masyarakat, termasuk dalam urusan administrasi ekspor, agar produk mereka bisa diterima di pasar internasional," imbuhnya.
Suherman, pengrajin tanjak dan kain sampin dengan label produk ‘Kampung Tanjak’ menuturkan, kegiatan pelatihan ini selain memberikan bekal keterampilan kepada peserta, juga sebagai upaya melestarikan budaya Melayu.
“Sekaligus untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat,” imbuhnya.
Melalui pelatihan pembuatan tanjak dan kain sampin yang telah berlangsung sejak tahun 2020, Suherman berharap budaya Melayu dapat terus dikenal dan diapresiasi, baik di dalam maupun luar negeri. Suherman bercerita, awalnya ia belajar membuat tanjak secara mandiri karena sulitnya mendapatkan referensi dan pembimbing. Dari situ, dirinya mulai mengembangkan keterampilan ini sejak tahun 2017, hingga akhirnya memutuskan untuk berbagi ilmu melalui pelatihan.
“Ini adalah bentuk dedikasi saya terhadap budaya Melayu,” ungkapnya.
Abdul Rasif (57), atau yang akrab disapa Asep, satu di antara peserta pelatihan, mengungkapkan bahwa dirinya tengah mendalami keterampilan baru melalui pelatihan pembuatan kain sampin dan tanjak. Ia mengikuti pelatihan ini sebagai upaya untuk memperluas kemampuan dalam dunia menjahit yang sudah digeluti sejak lama, khususnya untuk pakaian Melayu yang memiliki atribut khas.
“Saya tertarik mengikuti pelatihan ini, berawal dari kesulitan dalam membuat kelengkapan pakaian adat Melayu, yaitu telok belanga, seperti kain sampin dan tanjak ini,” sebutnya.
Selama ini, ia harus membeli atribut tersebut dari pihak lain. Namun, setelah mendapatkan informasi dari seorang teman, ia memutuskan untuk mengikuti pelatihan ini agar dapat memproduksi sendiri kelengkapan pakaian adat Melayu tersebut.
“Awalnya memang sulit, terutama dalam menentukan ukuran kain, jumlah lebar, panjang, dan penggunaan kain preselin. Tapi Alhamdulillah, dengan bimbingan dari Pak Suherman dan tutorial yang ada, saya mulai menguasai prosesnya,” terang Asep.
Manager Shared Service and General Support Telkom Kalbar, Andri Dwi Astuti, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan kali ini melibatkan 10 peserta yang bergerak di bidang kerajinan tangan, khususnya pembuatan produk berbasis kain tradisional Melayu, seperti tanjak dan kain sampin.
"Kami dari Telkom mengumpulkan UMKM para penjahit yang sudah pandai menjahit untuk belajar bersama dengan Pak Suherman agar produk mereka memiliki nilai tambah," jelasnya.
Andri menekankan pentingnya keberlanjutan dalam pengembangan UMKM. Ia berharap para peserta pelatihan dapat mengadopsi ilmu yang diberikan untuk menciptakan produk khas yang menjadi ciri Pontianak.
"Harapannya, ketika orang datang ke Pontianak, salah satu oleh-oleh yang dicari adalah tanjak, seperti wisatawan yang mencari udeng di Bali atau blangkon di Jogja," pungkasnya. (prokopim)