,
menampilkan: hasil
Geliat Warkop Hidupkan Kembali Kawasan yang Dulunya Sepi
Bertema Vintage, Tren Bisnis Warkop Rambah Lokasi Lengang
PONTIANAK - Budaya ngopi di warung kopi menjadi bagian tak terpisahkan bagi sebagian besar warga Kota Pontianak. Tak heran, jika Pontianak dikenal dengan julukan ‘Kota Seribu Warung Kopi’ karena menjamurnya usaha warung kopi di setiap sudut kota.
Bahkan, tren bisnis warung kopi lokasinya tidak lagi menyasar titik-titik keramaian yang ada di Pontianak, melainkan sudah mulai merambah di lokasi yang jauh dari hiruk pikuk lalu lalang orang. Tren ini menjadikan kawasan-kawasan yang dulunya sepi, menjadi hidup kembali karena banyaknya pengunjung yang datang untuk menikmati kopi sambil bercengkrama atau sekadar ngobrol santai.
Konsepnya pun sudah banyak yang bertemakan vintage, dengan nuansa warung kopi era tahun 70-an, seolah mengajak para pengunjung bernostalgia dengan suasana jadul. Meski demikian, pengunjungnya didominasi oleh anak-anak muda. Sebagian besar pemilik warkop dengan konsep itu, sengaja tidak menyediakan fasilitas wifi agar pengunjung berinteraksi dan menikmati minuman dan hidangan tanpa disibukkan dengan gadget yang dimiliki.
Melihat tren bisnis warung kopi yang menyebar di setiap sudut kota, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono berpendapat, kecenderungan ini mulai banyak dilirik oleh para pelaku usaha warung kopi sebagai bisnis yang menjanjikan. Kehadiran warung kopi yang mulai menyasar lokasi-lokasi jauh dari keramaian, membuat kawasan-kawasan yang dulunya sepi menjadi ramai dan hidup kembali.
“Tentunya tren ini juga memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan-kawasan tersebut seperti di Nusa Indah ini,” ujarnya usai menghadiri peresmian Warung Kopi Loka Artha di Jalan Nusa Indah I, Sabtu (2/12/2023).
Geliat bisnis warung kopi maupun kafe di Kota Pontianak terus merebak. Bahkan, data menyebutkan, jumlah warung kopi di Kota Pontianak hampir mencapai 800-an. Menurut Edi, di Pontianak, setiap hari rerata menghabiskan sedikitnya 500 kilogram bubuk kopi dan 90 persen berasal dari luar Kalbar. Sementara, di Provinsi Kalbar belum ada perkebunan kopi dengan skala besar. Kalaupun ada, hanya ditanam oleh masyarakat dengan skala kecil.
"Tentu ini sebagai peluang emas bagi yang mempunyai lahan luas untuk menanam kopi serta memprosesnya menjadi bubuk kopi hingga siap diminum, saya yakin kebutuhan kopi di Kota Pontianak bisa terpenuhi," ungkapnya.
Selain itu, meluasnya usaha warung kopi juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tak kalah pentingnya, kehadiran jenis usaha itu mampu menyerap banyak tenaga kerja.
"Misalnya satu warkop skala sederhana atau kecil itu bisa mempekerjakan dua hingga lima karyawan, apalagi kalau warkop atau kafe yang skala besar ada yang bisa menyerap di atas 50 orang tenaga kerja," sebutnya.
Edi menambahkan, usaha warkop yang ada di Kota Pontianak terdiri dari berbagai kriteria. Mulai dari warung kopi tradisional, kafe yang berdiri sendiri maupun yang ada di hotel-hotel dan restoran. Jenis usaha tersebut tidak sedikit memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perolehan pajak daerah.
"Kalau dikalkulasikan seluruh usaha sektor UMKM ini sangat besar kontribusinya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Pontianak," pungkasnya. (prokopim)
Gerai Kuliner Bertebaran di Pontianak Pikat Wisatawan
Edi Ajak UMKM Jeli Manfaatkan Peluang Bisnis
PONTIANAK - Slogan ‘Kota Perdagangan dan Jasa’ sudah melekat dalam identitas Kota Pontianak. Kota yang dikenal dengan kemegahan peristiwa alam di Tugu Khatulistiwa ini memikat wisatawan dengan kuliner dan destinasi wisata lainnya. Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan, hal ini menjadi peluang emas bagi pelaku UMKM di Kota Pontianak. Khususnya masa-masa pasca pandemi, arah ekonomi nasional berpusat pada UMKM.
“Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak selalu memberikan kemudahan bagi UMKM, baik itu perizinan maupun keperluan administrasi lainnya. Kami juga menyediakan fasilitas seperti gerobak sampai akses menuju lokasi perdagangan,” katanya usai meresmikan Opening Grill and Dimsum Nusantara di CS Coffee Jalan WR Supratman, Kamis (30/11/2023).
Gerai-gerai baru bertransformasi menjadi kawasan kuliner. Semula lahan kosong pun disulap pelaku UMKM menjadi pusat kuliner warga. Fenomena ini ditanggapi Edi sebagai dampak positif terselenggaranya pembangunan perekonomian di Kota Pontianak yang pesat. Terbukti dengan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8 persen meski dilanda pandemi, dua tahun silam.
“Pertumbuhan ekonomi ini didapat berkat kerja keras dan dedikasi pelaku usaha, khususnya UMKM, yang berjiwa tangguh dalam menjalankan kehidupan. Semoga dengan pembangunan yang berkelanjutan, Pontianak menuju daerah maju, menuju Indonesia Emas 2045,” tuturnya.
Edi menilai, banyak pendatang kemudian menetap di Pontianak dengan motivasi pengembangan karir. Pendatang yang didominasi warga daerah lainnya di Kalimantan Barat disambut baik di ibu kota provinsi ini. Bahkan menurutnya, peluang ini tidak boleh disia-siakan masyarakat.
“Menjual hal sederhana saja, di Pontianak bisa laku. Bagaimana jika dijual dengan serius? Tinggal bagaimana kita membina dan memberikan stimulus kepada UMKM serta selalu hadir untuk mereka,” tutupnya. (kominfo/prokopim)
Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Business Matching
PONTIANAK – Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pontianak Mulyadi optimis dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pontianak apabila sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meningkatkan kualitas produknya. Ia meminta dinas terkait untuk mendorong naiknya kelas UMKM, bukan hanya dari kegiatan seremonial, tetapi juga lewat pembinaan jangka panjang. Segala perkembangan akan dilakukan pencatatan, serta kebutuhan dari setiap UMKM perlu dipenuhi.
“UMKM itu harus dibina terus dan dilihat perkembangannya oleh dinas terkait,” katanya usai membuka kegiatan Business Matching UMKM di Aula Sultan Syarif Abdurrahman (SSA) Kantor Wali Kota, Kamis (30/11/2023).
Berbagai persoalan dihadapi pelaku UMKM misalnya kurangnya pemasaran, manajemen yang masih tradisional maupun infrastruktur yang belum memadai. Mulyadi berharap, lewat business matching ini setiap pelaku UMKM menambah wawasan dan mempraktekan ilmu yang didapat.
“Jiwa melayani dari pelaku usaha juga tidak kalah penting,” ujarnya.
Business Matching atau biasa yang dikenal dengan temu bisnis adalah sebuah upaya mempertemukan antar pelaku UMKM dengan sumber pembiayaan atau pemodal dari lembaga jasa keuangan. Bank Kalbar dan Bank Syariah Indonesia (BSI) ikut berpartisipasi dengan memberikan bantuan kepada pelaku UMKM yang diserahkan secara simbolis oleh Sekda Mulyadi.
“Pemahaman pelaku UMKM harus dipertajam, misalnya dengan banyak-banyak berada di pasar. Lihat bagaimana sektor usaha mengalami progres untuk tumbuh. Pelajari dan ikuti caranya,” imbuhnya. (kominfo/prokopim)
Jelang Nataru, Satgas Ketahanan Pangan Cek Ketersediaan Stok Bahan Pokok
Mulyadi: Stok Beras, Gula dan Minyak Goreng Aman
PONTIANAK – Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), Tim Satuan Tugas (Satgas) Ketahanan Pangan Kota Pontianak melaksanakan peninjauan lapangan ke beberapa lokasi distributor untuk mendapatkan informasi terkini stok pangan di Kota Pontianak. Dari hasil pantauan ke lokasi, Ketua Tim Satgas Ketahanan Pangan Mulyadi menyebut, jumlah stok bahan pokok masih aman.
“Kami melakukan pemantauan ke gudang stok pangan, hasilnya untuk stok bahan pokok tersedia sampai setelah Nataru,” paparnya usai melakukan pemantauan di gudang beras Jalan Cendana, Kamis (30/11/2023).
Mulyadi memperkirakan, lebih dari 200 ton beras tersedia di gudang-gudang beras. Selain gudang beras, tim juga mengunjungi gudang minyak goreng yang terletak di Jalan Juanda. Mulyadi menyampaikan, sampai hari ini masih tersisa total 64 hingga 100 ribu liter minyak goreng serta 35 ton gula pasir. Angka ini menurutnya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Pontianak mendekati Nataru.
“Masyarakat tidak perlu khawatir, karena stok minyak goreng aman,” terangnya.
Menjaga persediaan merupakan upaya yang selalu dilakukan Tim Satgas Ketahanan Pangan ketika mendekati hari raya keagamaan. Tim gabungan yang terdiri dari Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak, kepolisian dan TNI ini juga akan melakukan berbagai upaya untuk menjaga ketersediaan pangan, seperti misalnya dengan mengunjungi pasar-pasar tradisional maupun swalayan modern.
“Lewat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) biasanya terus berkoordinasi untuk mencegah lonjakan. Yang kita cegah adalah lonjakan, kendati tetap terjadi fluktuasi harga bahan pokok,” jelasnya, yang juga selaku Sekretaris Daerah Kota Pontianak. (kominfo)