,
menampilkan: hasil
Hadapi Tantangan Pelayanan Kesehatan, Pemkot Luncurkan Aplikasi Smart Berbasis Geospasial
Aksi Konvergensi Stunting
PONTIANAK – Penekanan tombol oleh Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian bersama instansi terkait menandai peluncuran secara simbolis Aksi Konvergensi Stunting melalui Smart Berbasis Geospasial di Kota Pontianak, di Aula Rohana Muthalib Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak, Selasa (6/8/2024). Kegiatan tersebut juga dirangkai dengan pelepasan penyaluran bantuan dari PT Bulog ke seluruh kecamatan di Kota Pontianak.
Ani Sofian menerangkan, masalah stunting adalah sinyal, bahwa terdapat masalah dalam manajemen penyelenggaraan dasar. Ia berharap melalui aplikasi Smart berbasis geospasial dukungan data yang terverifikasi dan tervalidasi dapat terwujud. Ia mengapresiasi inovasi Bappeda Kota Pontianak ini.
“Intervensi langsung yang kita lakukan kepada masyarakat jika tanpa dukungan data, maka intervensi tersebut tidak akan tepat sasaran,” imbuhnya, usai peluncuran serta menyalurkan bantuan kepada masyarakat kurang mampu.
Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak melibatkan 91 Tim Pendamping Keluarga (TPK) dengan jumlah kader 273 orang yang tersebar di 6 kecamatan dan 29 kelurahan. Ke depan, Ani Sofian berpesan, perlu penguatan peran dan fungsi TPK dalam melakukan verifikasi dan validasi data.
“Mengingat data yang digunakan dalam aplikasi Smart merupakan data yang dinamis, ke depannya perlu penguatan peran TPK dalam verifikasi dan validasi data,” ucap Pj Wali Kota.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat serta jajaran instansi pemerintah untuk mempercepat penurunan angka stunting di Kota Pontianak, demi menyongsong cita-cita Indonesia Emas 2024 mendatang.
“Keberhasilan pencegahan dan percepatan stunting di Kota Pontianak dapat dicapai dengan bekerja bersama, tumbuh kembang anak menentukan kualitas pembangunan SDM Indonesia dan menentukan masa depan mereka selanjutnya,” ujarnya.
Kepala Bappeda Kota Pontianak Sidig Handanu menerangkan, terdapat beberapa tantangan pelayanan kesehatan kepada balita di Kota Pontianak. Hal itu tampak dari 50 ribu jumlah balita di Kota Pontianak, 16,7 persen di antaranya tergolong stunting. Dengan demikian, ada sekitar 8.850 anak yang berada dalam kondisi pendek, di mana tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya. Sidig menyebut, pemerintah pusat menargetkan percepatan penurunan stunting sampai ke angka 14 persen.
“Kalau sasaran balita kita 50 ribu, maka 16,7 persen itu angka yang tidak sedikit, 8.850 anak di Kota Pontianak dalam kondisi pendek, jadi tinggi badannya tidak sesuai dengan umurnya,” paparnya,
Selain stunting, vaksinasi polio juga masih jadi perhatian Pemkot Pontianak. Data terakhir cakupan vaksinasi polio, lanjut Sidig, Kota Pontianak berada di nomor urut 14 dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Barat.
“Dari dua data ini tidak bisa kita pandang sebagai suatu yang biasa, harus kita analisis kita kaji mengapa, di satu sisi capaian stunting lumayan bagus, di satu sisi anaknya kok tidak mau divaksinasi polio atau tidak mau datang saat penimbangan,” ungkapnya.
Dari hasil analisis sementara, Sidig menyimpulkan, rendahnya angka capaian polio tersebut akibat kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anak-anak mereka ke posyandu. Sedangkan faktor lain yang menurutnya turut mempengaruhi adalah angka fertilitas Kota Pontianak yang turun serta gagalnya eliminasi polio di tingkat global.
“Sejak tahun 2020 angka fertilitas kita 0,8 yang semula 1,4 persen, jadi kalau dicari bayinya pasti tidak ada sedangkan sasarannya menggunakan estimasi nasional, disamakan seluruh Indonesia,” kata Kepala Bappeda.
Berbagai persoalan tersebut memerlukan solusi yang optimal, salah satunya dengan aplikasi Smart berbasis geospasial yang baru saja diluncurkan. Sidig menyampaikan, di dalam aplikasi tersebut bisa mengetahui posisi orang tua dan balita, penyebab stunting seperti sanitasi dan penyebab lainnya.
“Aplikasi ini bukan hanya mengetahui anak pendek, tetapi juga anak dengan risiko sunting,” pungkasnya. (kominfo/prokopim)
Wujudkan Generasi Berencana di Kota Pontianak Melalui PIK-R
PONTIANAK – Remaja merupakan generasi harapan untuk kemajuan bangsa di masa depan. Bunda Genre Kota Pontianak Anita Ani Sofian mengatakan bahwa merencanakan dan menyiapkan remaja Indonesia yang berkualitas dan memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, serta emosional yang kuat akan menentukan kemajuan bangsa.
Permasalahan remaja yang dihadapi saat ini kian kompleks. Menurutnya, permasalahan tersebut masih sangat tinggi, termasuk perilaku napza, seks pranikah, pernikahan dini dan berbagai tindakan negatif lainnya.
“Tentu saja ini akan terus berlarut dan menjadi bencana bagi bangsa kita jika tidak diatasi dengan upaya yang tepat,” ucapnya, usai Peluncuran Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) di SMA Negeri 3 Pontianak, Jumat (2/8/2024).
Anita menjelaskan, program Generasi Berencana (Genre) menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak. Ia menambahkan, tim PIK-R dapat menjadi solusi untuk memahami permasalahan yang dihadapi oleh remaja.
“Melalui strategi komunikasi oleh pendidik sebaya dan konselor sebaya, remaja diharapkan mampu mengatasi serta menetapkan solusi dari permasalahan yang dihadapi,” sambung Anita yang juga selaku Ketua TP-PKK Kota Pontianak.
Materi yang akan disosialisasikan mencakup berbagai topik yang berkaitan dengan remaja, seperti, permasalahan seksualitas, penyalahgunaan narkoba, kesehatan, reproduksi, dan usia menikah yang ideal.
“Bunda berpesan agar kelompok PIK-R dapat lebih aktif untuk memberikan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi,” ucapnya.
Pembentukan program kerja yang tepat, kreatif dan inovatif diharapkan dapat diterapkan oleh masyarakat, terutama di sekitar tempat tinggal. Anita juga mengingatkan untuk mengutamakan program kerja yang langsung menyentuh masyarakat dan remaja.
“Semoga remaja di Kota Pontianak dapat menjadi remaja yang sehat, berprestasi dan berinovasi sehingga membentuk remaja yang hebat dan mandiri,” tutupnya. (kominfo)
Pemkot Pontianak Salurkan Bantuan Sembako di Pontianak Timur
Upaya Percepatan Penurunan Stunting
PONTIANAK – Dalam upaya menekan angka stunting di wilayah Kecamatan Pontianak Timur, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak menyalurkan bantuan sembako kepada masyarakat Kecamatan Pontianak Timur yang diserahkan secara simbolis oleh Pj Wali Kota Pontianak Ani Sofian, dengan rincian 75 buah minyak makan, 75 karung beras dari CSR Perumda PDAM Tirta Khatulistiwa hingga telur rebus dari ASN Kecamatan Pontianak Timur.
“Penurunan stunting di Kecamatan Pontianak Timur masih jadi perhatian Pemkot Pontianak, kendati angkanya yang menurun signifikan,” ungkapnya, usai menyerahkan bantuan di Kantor Camat Pontianak Timur, Jumat (2/8/2024).
Berbagai langkah bersama segenap pihak di bawah koordinasi Pemkot Pontianak telah membuahkan hasil. Angka stunting di Kecamatan Pontianak Timur menurun drastis dalam dua pekan terakhir. Ani Sofian menerangkan, contohnya di Kelurahan Saigon, di akhir bulan Desember 2023 masih terdapat 210 anak stunting kini menjadi 97 orang data bulan Juli 2024.
“Kalau dilihat dari data di Pontianak Timur ini penurunan stunting cukup signifikan. Persentasenya cukup besar. Ini yang kita harapkan di Kota Pontianak, kemudian kegiatan intervensi dan sosialisasi yang tersebar di masing-masing OPD untuk percepatan penurunan stunting,” imbuhnya.
Sebagai langkah menekan stunting sampai ke angka nol, Ani Sofian mengajak masyarakat untuk rutin membawa balita ke posyandu. Ia juga meminta kepada posyandu melakukan jemput bola untuk memantau perkembangan ibu hamil dan bayi berusia di bawah dua tahun.
“Mudah-mudahan nanti di Kota Pontianak stunting menjadi nol, dibantu peran posyandu dalam menurunkan stunting sangat strategis,” tambahnya.
Camat Pontianak Timur M Akif memaparkan, terjadi penurunan jumlah lokus intervensi stunting di Kecamatan Pontianak Timur dalam dua tahun terakhir. Di tahun 2022, terdapat 6 kelurahan yang menjadi lokus. Sedangkan untuk awal tahun 2024, tersisa 2-3 kelurahan.
Ada jumlah 7 kelurahan yang masuk di wilayah Kecamatan Pontianak Timur. Akif menyebut, Kelurahan Saigon menjadi wilayah dengan penurunan paling banyak yaitu dari 210 balita stunting menjadi 102 balita.
“Kelurahan Tambelan Sampit, tahun 2023 ada 93 menjadi 75, Kelurahan Tanjung Hulu semula 92 menjadi 78, di Tanjung Hilir dari 75 menjadi 50, di Parit Mayor dari 38 menjadi 33 dan Banjar Serasan dari 36 menjadi 16,” paparnya.
Tidak hanya lewat penyaluran sembako, lanjut Akif, pihaknya juga menciptakan berbagai inovasi dalam rangka penurunan angka stunting.
“Kemudian di kelurahan dan TP PKK juga banyak inovasinya, rata-rata punya inovasi, di puskesmas juga,” pungkasnya. (kominfo)
Peran Aktif Kader PKK Tingkatkan Kualitas Kesehatan
PONTIANAK – World Health Organization (WHO) memprediksi populasi penderita tuli akan terus meningkat seiring bertambahnya usia. Pj Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Pontianak Anita Ani Sofian mengatakan, tantangan utama dalam menghadapi masalah ini di Kota Pontianak adalah melakukan pemeriksaan dan pelayanan dengan optimal.
Gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan yang berisiko menurunkan produktivitas. Ia menyampaikan, gangguan tersebut tidak hanya dapat dilihat dari kesulitan bicara, tetapi juga melalui kondisi fisiologis.
“Faktor seperti proses penuaan, kelainan bawaan, paparan suara yang keras dalam jangka panjang, komplikasi penyakit dan penggunaan obat-obatan dapat mempengaruhi efek samping di telinga,” ucapnya, usai membuka acara Seminar Skrining Gangguan Dengar pada Bayi, Anak dan Lansia, Jumat (2/8/2024).
Anita menekankan kadernya dalam memberikan pengetahuan dan membentuk perilaku sehat di masyarakat. Ia mengingatkan kembali, target derajat kesehatan masyarakat Kota Pontianak dapat terwujud melalui peran aktif para Kader PKK.
“Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, penting untuk melakukan promosi kesehatan, untuk menjaga kesehatan indera pendengaran dan berperilaku sehat dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga masalah yang berkaitan dengan pendengaran tidak terjadi,” sambungnya.
Menjaga kesehatan indera pendengaran dan berperilaku sehat merupakan kunci agar gangguan tidak terjadi. Anita juga mengharapkan hasil peningkatan kesehatan yang baik melalui promosi yang dilakukan.
“Harapan saya, hasil dari sosialisasi dan promosi oleh Kader PKK serta Kader Kesehatan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat,” imbuhnya.
Eni Nuraeni, Ketua Mega Bakti Kesehatan Nasional (MBKN) menambahkan, alat bantu dengar memudahkan komunikasi antara penderita tuli.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Ketua TP PKK Kota Pontianak karena telah membantu seminar awal, kami minta maaf jika panitia ada kesalahan namun itu semua tidak mengurangi niat menyelenggarakan,” pungkasnya. (kominfo)