,
menampilkan: hasil
Bahasan: Kedepankan Adab Saat Berdakwah di Medsos
PONTIANAK - Wakil Wali Kota Pontianak Bahasan mengajak setiap orang, khususnya mahasiswa di Kota Pontianak untuk bijak menggunakan media sosial. Apalagi dengan akses tidak terbatas di jejaring internet menjadi kekhawatirannya untuk segera dibentengi.
“Kita memerlukan pengarah yang juga terbiasa berdakwah sekaligus ahli di media sosial,” katanya usai membuka Workshop Dakwah Digital Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, di Aula Rumah Jabatan Wakil Wali Kota, Jumat (13/1/2023).
Dunia digital kian ramai lewat teknologi terbarukan. Media sosial mengalami kemajuan yang signifikan, membuat siapapun dengan mudah mendapatkan informasi dari banyak arah. Oleh karenanya, Bahasan berharap kepada mahasiswa manajemen dakwah IAIN Pontianak khususnya, untuk bisa menjadi penyeimbang bagi masyarakat yang terpapar informasi negatif.
“Manfaatkan media yang ada saat ini untuk menyebarkan pesan positif, sehingga masyarakat perlahan meninggalkan informasi negatif tersebut,” pesannya.
Keberadaan dakwah digital di Kota Pontianak sendiri dinilai Bahasan sudah ada. Hal ini membuktikan respon terhadap zaman yang proaktif. Kendati begitu, dirinya meminta pegiat dakwah di media sosial untuk mengedepankan sopan santun dan adab tanpa adanya paksaan.
“Karena sejatinya dakwah itu seperti berbagi nasihat baik, tidak bisa memberi nasihat marah-marah. Yang ada orang malah lari. Niatkan untuk menyebarkan kebaikan kepada sesama,” ungkapnya. (prokopim)
Edi Paparkan Langkah Strategis Tangani Genangan
PONTIANAK - Konstruksi tanah di Kota Pontianak terbilang rendah serta didominasi lahan gambut. Persoalan ini tentunya menjadi tantangan pembangunan fisik. Selain itu dampak dari kondisi geografi yang demikian menyebabkan beberapa titik tak jarang mengalami genangan, terlebih saat hujan deras dan air pasang.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan langkah strategis khusus menangani persoalan genangan. Terdapat tiga upaya yang akan dilaksanakan, mulai dari jangka pendek, menengah dan panjang.
“Jangka pendek yang penting bagaimana mitigasi bencana, aktivitas bisa optimal. Jangka menengah kita ingin buat outer ring canal. Dan jangka panjang Pontianak memang memerlukan tanggul seperti di Amsterdam,” jelasnya saat menjadi narasumber pada Studium Generale di Gedung Konferensi Universitas Tanjungpura Pontianak beberapa waktu lalu.
Persoalan ini dikatakan Edi sudah ada sejak beberapa dekade silam. Untuk mengatasinya, warga di zaman dulu membuat rumah panggung serta jalan di gang-gang menggunakan bahan papan atau biasa yang disebut gertak.
“Tahun 1989-1990 jalan gertak kita ubah jadi beton. Itu masalahnya, resapan sulit berfungsi saat hujan. Nah yang demikian tersebut masalah karena alam, ada lagi masalah transportasi,” sebutnya.
Satu lagi yang menjadi tantangan pembangunan adalah transportasi. Di Kota Pontianak, lanjut Edi, kemacetan saat berkendara tak jarang mengganggu kenyamanan warga. Oleh karena itu dibangunlah Duplikasi Jembatan Kapuas I yang diprediksi mampu mengurai kemacetan dari 40-50 persen. Tak hanya itu, pihaknya juga tengah mengusahakan terbangunnya Jembatan Garuda yang akan menghubungkan Jalan Bardan Nadi dengan Siantan.
“Kita bangun duplikasi karena sudah mengganggu aktivitas, dan berdampak pada turunnya produktivitas masyarakat,” ujar dia.
Sebagai ibu kota provinsi, pembangunan berjalan sangat pesat. Meski begitu, Edi ingin Pontianak lebih banyak ruang terbuka hijau (RTH) ketimbang menambah jalan-jalan yang tak jarang memperparah kondisi alam. Prinsipnya, penataan kota yang humanis secara tidak langsung turut mengubah kebiasaan masyarakat. Kepada mahasiswa Fakultas Teknik Untan tersebut, dia berharap untuk mempelajari dengan maksimal kondisi sekitar dan dapat memberikan masukan terhadap prosesnya.
“Di tangan mahasiswa ini estafet pembangunan berlanjut,” pungkasnya. (prokopim)
Atasi Kekumuhan, Pemkot Sasar Perbaiki Rumah Tak Layak Huni
PMI Pontianak Bantu Bedah Rumah Warga
PONTIANAK - Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir diperkirakan terdapat 13 ribu rumah yang tidak layak huni di Kota Pontianak. Namun jika dibandingkan dengan sekarang, angka itu sudah merosot turun menjadi kurang lebih 700 rumah. Hal itu disampaikan Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono usai serah terima kunci rumah kepada warga Gang Angket Kelurahan Tanjung Hilir Kecamatan Pontianak Timur dalam Program Bedah Rumah Donatur Kite Pontianak Bersama PMI Kota Pontianak, Rabu (11/1/2023).
“Tapi sekarang rumah yang dalam kondisi rusak parah sudah tak ada lagi karena sudah diintervensi Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak lewat program bedah rumah,” ujar Edi.
Beberapa rumah yang tidak layak huni tersebut direncanakan untuk diperbaiki. Namun pada prosesnya masih menemukan kendala seperti kepemilikan tanah yang belum jelas. Selain warga yang mendapat bantuan secara langsung, pihaknya berupaya untuk menghimpun urunan masyarakat.
“Secara bertahap kualitas bangunan kita intervensi untuk mengatasi masalah kekumuhan,” katanya.
Jiwa kesetiakawanan itu juga dirasakan pihak lain seperti komunitas dan organisasi, salah satunya PMI Kota Pontianak, yang aktif memberikan bantuan bagi warga yang rumahnya tidak layak, namun belum mampu memperbaikinya dikarenakan biaya yang besar. Edi mengajak setiap relawan saling bahu-membahu membangun serta memperbaiki rumah-rumah yang masuk sebagai kategori tidak layak huni tersebut.
“Kebersamaan itu sudah tinggi, tinggal yang mengkoordinir saja yang menggerakkan,” ungkapnya.
Beberapa titik wilayah yang terus dalam pantauan Pemkot Pontianak adalah Kecamatan Pontianak Timur, Utara dan Barat, khususnya yang berlokasi di pinggiran sungai. Mengatasi persoalan tersebut, beberapa langkah sudah disiapkan selain bantuan bedah rumah. Salah satunya program pembangunan rumah susun yang ada di Gang Semut, Kelurahan Tanjung Hulu Kecamatan Pontianak Timur.
“Cuman ada kendala dari pemerintah pusat, untuk tahun ini tersedia tipe dua lantai dan 16 unit. Sementara kita maunya empat sampai lima lantai dan diperlukan 82 unit. Di sana tanahnya sudah milik Pemkot,” pungkasnya. (prokopim)
Cegah Stunting, PKK Pontianak Monitoring Balita Door to Door
PONTIANAK - Masih terdapatnya kasus stunting di Kota Pontianak mendapat perhatian serius dari Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Pontianak, Yanieta Arbiastuti. Seperti yang dilakukannya saat bersama Ketua PKK Kecamatan Pontianak Selatan, Kepala Puskesmas Gang Sehat, Kepala Puskesmas Purnama dan Camat Pontianak Selatan turun langsung ke lima lokasi di Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Parit Tokaya dan Kelurahan Akcaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Senin (9/1/2023).
Kegiatan ini merupakan upaya Pemkot Pontianak melalui TP PKK untuk mendata, mengidentifikasi dan memonitoring seluruh balita di Kota Pontianak untuk memastikan agar balita dapat terskrining sejak awal jika terjadi masalah.
"Berdasarkan data dari pusat masih ada 23 persen anak-anak yang menderita stunting di Kota Pontianak untuk itulah kami langsung turun ke lapangan dengan mendata dulu di setiap kecamatan dan ternyata memang ada beberapa anak yang mengalami stunting,” terang Yanieta.
Menurutnya, kasus stunting disebabkan oleh kekurangan gizi yang berkepanjangan atau gizi kronik sehingga pencegahannya harus melalui pendekatan spesifik dan sensitif. Kasus stunting di masyarakat harus menjadi perhatian bersama, sehingga tercipta sinergitas antar instansi, baik TP PKK, pemda, puskesmas, camat, lurah dan masyarakat. Saling berupaya, agar jumlah penderita stunting bisa ditekan sejak dini.
"Stunting ini dampaknya tidak hanya terhambat pada pertumbuhan dan perkembangan fisiknya saja tetapi dampaknya juga pada otak, anak yang menderita stunting akan mengalami penurunan fungsi otak jika dibandingkan anak normal seusianya, ini bisa kita cegah sejak dini," imbuhnya.
Dia berharap, puskesmas terdekat dapat memberikan pelayanan jemput bola ke masyarakat terutama orang tua yang memiliki anak dengan riwayat stunting sehingga tumbuh kembang anak dapat dipantau, dievaluasi dan dibimbing oleh petugas puskesmas.
Selain itu untuk menghindari terjadinya stunting, kualitas hidup yang baik pada usia anak akan tercapai apabila mereka mendapat asupan gizi yang baik. Langkah yang dilakukan antara lain membiasakan diri dengan pola asuh yang baik dari orang tua untuk mencegah stunting sejak dini
"Dengan memberikan nutrisi kepada anak yang menderita stunting, kami berharap orang tua dapat merubah pola pikir dan pola asuh terhadap anak yang menderita stunting sehingga dapat memberikan makanan-makanan yang memiliki nutrisi yang baik dan gizinya pun terpenuhi," tuturnya.
Pihaknya akan secara aktif terus melakukan pemantauan terhadap kasus stunting melalui kader PKK dan Kader Posyandu yang tersebar di kecamatan dan kelurahan dengan mendatangi dan monitoring ke lapangan.
"Kita datangi dan monitoring lagi, jemput bola ke rumah pasien, khususnya anak-anak yang mengalami stunting, sehingga progresnya benar-benar meningkat," pungkasnya. (prokopim)