,
menampilkan: hasil
Wawako Dorong Semua Pihak Berperan Aktif Tanggulangi TBC
Pertemuan Jejaring DPPM Optimalisasi SPM Layanan TBC
PONTIANAK - Penemuan pasien TBC di Indonesia di antara orang yang diestimasikan sakit TBC setiap tahunnya masih melebihi 30 persen di mana mayoritas notifikasi berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan publik.
Waki Wali Kota Pontianak Bahasan menerangkan, tantangan dalam penanggulangan TBC di Indonesia di antaranya adalah keterlibatan multisektoral yang belum optimal serta kurangnya pelaporan kasus TB, terutama di rumah sakit pemerintah maupun swasta serta layanan primer swasta.
"Oleh sebab itu fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan TB wajib mencatat dan melaporkan kasus TBC yang ditemukan dan atau diobati sesuai format pencatatan dan pelaporan yang ditentukan secara standar nasional," ujarnya usai pertemuan Komunitas dan Pemangku Kepentingan Jejaring District Public-Private Mix (DPPM) untuk optimalisasi pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Layanan TBC yang digelar Yayasan Bina Asri SSR TB Komunitas Kota Pontianak di Hotel Aston Pontianak, Selasa (21/2/2023).
Bahasan mendorong seluruh stakeholder dan unsur yang berperan dalam penanggulangan TBC, baik unsur pemerintah maupun swasta untuk terus melakukan komunikasi, kolaborasi dan berperan aktif dalam setiap kegiatan penanggulangan TBC.
"Strategi-strategi yang dapat dilakukan seperti melakukan kolaborasi antara pihak untuk membuat rilis media serta melakukan pertemuan dan pernyataan bersama antara pihak legislatif, komunitas dan pemangku kepentingan jejaring DPPM," ungkapnya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 pelayanan kesehatan orang terduga Tuberkulosis masuk ke dalam SPM. Di Kota Pontianak sesuai dengan SPM, target penemuan terduga TBC pada tahun 2022 adalah sebesar 10.321 orang. Sedangkan capaian orang terduga TBC di Kota Pontianak yang ditemukan sebanyak 9.733 orang atau 90,11 persen.
"Masih ada selisih dari target capaian sebesar 588 orang atau 9,89 persen," terang Bahasan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Pontianak untuk akselerasi eliminasi tuberkulosis tahun 2030. Di antaranya dilakukan kegiatan penemuan terduga tuberkulosis, baik secara pasif maupun penemuan kasus aktif.
"Tidak luput pula keterlibatan dari teman-teman komunitas terutama Bina Asri yang telah melakukan surveilans aktif dalam kegiatan investigasi kontak, pendampingan minum obat terhadap pasien TBC, pelacakan terhadap penderita TBC yang mangkir serta penyuluhan dan edukasi, baik secara langsung maupun melalui kader-kader program TBC," pungkasnya. (prokopim)
Kunjungi RSUD Kota Pontianak, TPPS Perkuat Kolaborasi Penanganan Stunting
PONTIANAK - Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Pontianak bersama Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kota Pontianak melakukan kunjungan kerja ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak, Senin (20/2/2023).
Wakil Wali Kota Pontianak Bahasan, yang juga selaku Ketua TPPS Kota Pontianak menerangkan kunjungan kerja ke RSUD Kota Pontianak ini merupakan wujud kolaborasi dan sinergitas semua pihak dalam penanganan stunting di Kota Pontianak.
"Sehingga target yang kita inginkan yaitu pada 2024 stunting harus berada pada angka 14 persen," ujarnya.
Saat ini, lanjutnya, angka stunting di Kota Pontianak berhasil turun dari sebelumnya 24,4 persen menjadi 19,7 persen berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2022. Capaian ini merupakan keberhasilan seluruh pihak yang terlibat dalam TPPS meski sempat diterpa pandemi Covid-19. Kendati demikian, ia meminta angka stunting tahun 2023 ini bisa menurun signifikan.
"Bila perlu tidak harus sampai tahun 2024 angka stunting di Kota Pontianak sudah bisa menyentuh angka 14 persen atau bahkan di bawahnya," tukasnya.
Bahasan memaparkan, ada 10 lokus stunting di Kota Pontianak yang memang rawan risiko tingginya stunting. Oleh sebab itu pihaknya akan bekerja keras untuk menggenjot penurunan angkat stunting tersebut. Dengan berbagai macam karakter dan pendidikan juga menjadi tantangan dalam percepatan penurunan stunting di Kota Pontianak.
"Saya sangat optimis dengan delapan aksi konvergensi, penurunan stunting akan drastis turun," ucapnya.
Upaya langsung telah banyak dilakukan oleh TPPS Kota Pontianak, salah satunya dengan aksi nyata di lapangan untuk melihat langsung dan mengintervensi kondisi stunting di lingkungan masyarakat.
"Misalnya pemberian makanan tambahan, vitamin dan lainnya," tutur Bahasan.
Ia menilai, kesadaran masyarakat juga telah mengalami peningkatan. Hal itu dibuktikan dengan menurunnya angka stunting di Kota Pontianak. Ketidaktahuan masyarakat harus diedukasi di semua lini bahkan di setiap pertemuan dengan masyarakat, dirinya selalu menyinggung persoalan pentingnya mencegah stunting, sejak calon pengantin, hamil dan melahirkan.
"Saya langsung datang ke masyarakat supaya kita bisa tahu faktor apa yang menyebabkan masyarakat tidak paham akan pola asuh," terangnya.
Kepala DP2KBP3A Kota Pontianak Multi Juhto Bhatarendro menjelaskan, kunjungan kerja ini turut melibatkan tim pakar untuk mengaudit kasus stunting. Selain itu, rumah sakit juga menjadi bagian dari rujukan berjenjang.
"Misalnya ketika objek di lapangan seperti calon pengantin, ibu hamil dan anak balita atau batita memiliki risiko stunting, maka rujukannya harus diperlancar jangan sampai tidak dilaksanakan secara maksimal apalagi untuk masyarakat kurang mampu," paparnya.
Intinya, kata Multi, pihaknya ingin memperkuat koordinasi antara tim dari Pemkot Pontianak dengan pelayanan yang bisa membantu penekanan penurunan stunting di Kota Pontianak.
"Dalam agenda ini kita juga ada perjanjian kerja sama berkaitan dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang dengan RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak," tutupnya. (prokopim)
Gerakan Aksi Bergizi, Kenalkan Pola Makan Sehat Sejak Dini
PONTIANAK - Dalam rangka mencegah terjadinya gizi buruk dan membudayakan kebiasaan hidup sehat pada anak-anak, Dinas Kesehatan Kota Pontianak menginisiasi Gerakan Aksi Bergizi Tingkat Kota Pontianak di sekolah-sekolah. Pencanangan gerakan ini digelar di SMP Negeri 21 Pontianak Timur, Senin (20/2/2023).
Wakil Wali Kota Pontianak Bahasan mengatakan, pencanangan gerakan aksi bergizi ini sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya nutrisi seimbang dalam pola makan sehari-hari. Ia menilai gerakan aksi bergizi di sekolah sangat penting untuk mencegah dan mengurangi masalah gizi buruk pada anak-anak.
"Kita ingin memperkenalkan pola makan sehat sebagai bagian dari kebiasaan hidup sehat sejak dini, agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik," ujarnya.
Dirinya mengapresiasi inisiatif dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak dan mengharapkan kegiatan ini bisa bermanfaat bagi anak-anak. Melalui gerakan ini para siswa diharapkan semakin sadar akan pentingnya pola makan sehat.
"Sekaligus mereka dapat mempraktikkan kebiasaan hidup sehat di dalam dan di luar sekolah," ungkapnya.
Bahasan menilai gerakan ini juga akan meningkatkan edukasi gizi bagi anak-anak. Di sekolah, siswa akan mendapatkan pembelajaran tentang gizi dan kesehatan. Dengan demikian, anak-anak dapat belajar tentang pentingnya gizi yang sehat.
"Gerakan aksi bergizi di sekolah ini diharapkan dapat terus dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan seluruh pihak terkait, agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang sehat dan tangguh di masa depan," pungkasnya. (prokopim)
Edi Ajak Semua Pihak Bergandengan Lawan Kanker
POI Kota Pontianak Peringati Hari Kanker Sedunia
PONTIANAK - Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari. Peringatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya kanker. Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono berharap momentum ini harus menjadi sarana untuk bisa lebih mengenal kanker dan bagaimana pencegahannya sehingga masyarakat dapat menerapkan hidup sehat, mendorong pencegahan, deteksi sampai dengan proses pengobatan kanker.
"Masalah kesehatan ini tidak bisa hanya diselesaikan oleh dokter atau rumah sakit saja tetapi harus secara keseluruhan lewat kolaborasi berbagai pihak terutama untuk pencegahan dan mengatasi kanker," ujarnya saat menghadiri talkshow bertema 'Close The Care Gap' dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia di Gedung Konferensi Untan, Minggu (19/2/2023).
Edi juga memberikan masukan kepada panitia agar dalam talkshow ini mengundang penderita kanker yang berjuang melawan kanker dan dinyatakan sembuh total. Mereka bisa berbagi pengalaman bagaimana awalnya dinyatakan kanker stadium ke berapa kemudian menjalani pengobatan dan dinyatakan sembuh.
"Kita butuh testimoni dari bersangkutan apa yang dilakukannya hingga sembuh dari kanker. Lalu juga mereka yang tengah berjuang melawan kanker sehingga ia bisa menyampaikan upayanya dalam menghadapi kanker," ungkapnya.
Dari pengamatannya, di Indonesia umumnya kanker yang menyerang kaum perempuan adalah kanker rahim atau kanker serviks serta kanker payudara. Sementara kanker yang kerap menyerang kaum laki-laki di antaranya kanker usus, paru-paru dan prostat. Menurutnya penyakit kanker ini harus diketahui dulu penyebab dan bagaimana mengatasinya.
"Sampai saat ini belum ada kesimpulan yang menyatakan kepastian penyebab kanker ini," imbuh Edi.
Kaitan dengan sumber daya manusia, lanjutnya, hal yang paling utama adalah setiap orang harus sehat agar bisa produktif menjalani kehidupan. Oleh sebab itu Pemerintah Kota Pontianak untuk terus berkomitmen untuk meningkatkan standar kesehatan warganya. Hal itu dibuktikan dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kota Pontianak yang sudah mencapai angka 80,48.
"Tingginya IPM ini menjadi indikator terjadinya kemajuan dalam standar kualitas kehidupan, mulai dari usia harapan hidup, sarana kesehatan, lamanya usia sekolah, daya beli masyarakat dan sebagainya," paparnya.
Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) Cabang Pontianak dr Manuel Hutapea, SpOG menjelaskan, talkshow ini digelar untuk memahami semangat perjuangan penderita kanker. Sebagaimana diketahui, kanker adalah suatu penyakit yang hingga sekarang masih menjadi momok dan tantangan terbesar di seluruh dunia. Kenapa demikian, karena kanker bisa menyebabkan kematian. Kemudian bisa menyebabkan seseorang menjadi terkucilkan atau merasa rendah diri. Bahkan kanker bisa menyebabkan terjadinya gangguan sosial pada masyarakat karena orang-orang yang menderita kanker merasa dirinya sudah tidak mampu lagi berbuat apapun bagi masyarakat sekitarnya.
"Hal-hal demikian tidak boleh terjadi dan ini menjadi tantangan bagi kita semua dalam melawan penyakit kanker," ucapnya.
Oleh sebab itu, POI Kota Pontianak bersama seluruh perkumpulan-perkumpulan Onkologi dan kanker di seluruh dunia berkomitmen untuk bergandeng bersama dalam menggaungkan perlawanan kanker ini semakin hari semakin besar, gelombang gerakan untuk melawan kanker semakin besar. POI mencoba menggelorakan semangat untuk melawan kanker dimulai dari kampus atau dikenal dengan 'Fighting Cancer Spirit from Goes to Campus'. Ia berpandangan bahwa para mahasiswa adalah orang-orang yang pintar, berpendidikan, intelektual dan milenial.
"Kalau ingin menggaungkan secara gencar salah satu caranya adalah lewat kaum milenial, tetapi kaum milenial yang berpendidikan dan intelektual, yaitu mahasiswa," tutupnya. (prokopim)