,
menampilkan: hasil
Satuan Pendidikan Non Formal Beri Akses Warga Peroleh Pendidikan
Pemkot Komitmen dalam Pemerataan Pendidikan
PONTIANAK - Pendidikan menjadi hak bagi setiap warga negara sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945. Oleh sebab itu, akses pendidikan terbuka bagi siapa saja, tidak terlepas dari usia, latar belakang maupun status sosial. Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyebut, Pemerintah Kota (Pemkot) berkomitmen dalam pemerataan pendidikan bagi warga Kota Pontianak, baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Satuan pendidikan non formal juga memiliki peran yang sangat penting dalam membuka akses pendidikan bagi masyarakat. Salah satu keunggulan utama pendidikan non formal adalah fleksibilitasnya dengan menawarkan jadwal yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta.
"Pendidikan non formal memungkinkan peserta didiknya untuk belajar di waktu yang sesuai bagi mereka, bahkan sambil menjalankan pekerjaan atau tanggung jawab keluarga sehingga mereka memiliki kesempatan dalam mengenyam pendidikan," ujarnya saat membuka promosi Satuan Pendidikan Non Formal pendidikan kesetaraan program paket A, B dan C di Aula Kantor Camat Pontianak Utara, Selasa (10/10/2023).
Meski pendidikan non formal dalam proses pembelajaran tidak terikat pada struktur formal sekolah, namun tetap memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berharga kepada peserta. Hal ini membantu menciptakan peluang pendidikan bagi mereka yang mungkin tidak dapat menghadiri sekolah formal secara teratur.
"Sehingga mereka bisa mengikuti pendidikan kesetaraan, baik itu paket A, B dan C," ungkap Edi.
Selain itu, pendidikan non formal juga mendukung pembelajaran sepanjang hayat. Dengan memfasilitasi kursus, pelatihan dan program pendidikan lainnya, satuan pendidikan non formal membantu mereka memperoleh pengetahuan baru, mengembangkan keterampilan dan mengikuti perkembangan teknologi dan tren industri.
"Ini sangat penting di era modern ini di mana perubahan cepat terjadi di berbagai bidang," tuturnya.
Secara keseluruhan, pendidikan non formal tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mendorong pembangunan sosial dan ekonomi. Dengan memberdayakan individu melalui pendidikan, satuan pendidikan non formal berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, berwawasan, dan berdaya saing tinggi.
"Sehingga menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing," sebutnya.
Sekretaris Daerah Kota Pontianak Mulyadi menerangkan, Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, B dan C adalah inisiatif pendidikan yang sangat berarti untuk orang dewasa yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan formal mereka di tingkat dasar dan menengah.
"Program ini memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh ijazah setara SD (paket A) atau SMP (paket B) maupun SMA (paket C) melalui ujian yang diakui secara nasional," imbuhnya.
Menurutnya, program ini memberikan peluang kepada orang dewasa untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan mereka, membuka akses ke peluang pekerjaan yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
"Dengan demikian, Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, B dan C bukan hanya memberikan ijazah kepada peserta, tetapi juga membuka pintu ke masa depan yang lebih cerah dan penuh peluang bagi mereka," pungkasnya. (prokopim)
Lestarikan Budaya Sejak Dini lewat Lomba Celoteh dan Bertundang
PONTIANAK - UPT Pusat IPTEK dan Bahasa Kota Pontianak menggelar lomba berceloteh bahasa melayu dan lomba bertundang yang diikuti peserta didik tingkat SD se-Kota Pontianak. Kepala UPT Pusat IPTEK dan Bahasa Kota Pontianak Rosalina memaparkan, sebanyak 52 pelajar SD mendaftar lomba berceloteh bahasa melayu dan 9 tim mendaftar pantun berdendang atau tundang.
"Kami sekarang menggelar final lomba untuk mencari enam terbaik, yaitu harapan 3, 2 dan 1 kemudian juara 3, 2 dan juara 1," ungkapnya usai lomba di Lantai 2 Pontianak Convention Center (PCC), Selasa (26/9/2023).
Lomba ini merupakan kali kedua UPT Pusat IPTEK dan Bahasa Kota Pontianak menggelar kompetisi bagi pelajar. UPT yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak ini pada tahun lalu juga telah melaksanakan agenda yang sama, namun dengan kategori lomba yang lebih banyak. Rosalina menjelaskan, terbatasnya anggaran menjadi alasan lomba lainnya tidak dilaksanakan. Ia menambahkan, pengumuman lomba akan disampaikan pada pekan pertama atau kedua bulan Oktober mendatang.
“Kegiatan UPT rutin tahunan ada lomba sains experiment, kontes dan kompetisi roket air yang regional. Tapi tahun ini tidak bisa dilaksanakan,” jelasnya.
Adapun kriteria penilaian diantaranya, pertama penggunaan bahasa melayu dengan bobot 30 persen. Kemudian penampilan dengan bobot 20 persen. Di dalam penggunaan bahasa melayu, beberapa indikator penilaian adalah diksi, ritme dan intensi penggunaan bahasa lain. Sedangkan untuk penampilan adalah kepercayaan diri, kostum, kontak dengan penonton serta penggunaan properti. Kedua lomba, lanjut Rosalina, diadakan sebagai upaya melestarikan budaya sejak dini dengan menumbuhkembangkan minat anak-anak terhadap bahasa melayu.
“Vokal juga kami nilai, jelas dan lantang. Sesuai tidak dengan tema yang disampaikan,” tutupnya. (kominfo)
Pesan Wali Kota Edi Kamtono Kepada Wisudawan Polnep Pontianak
Jeli Manfaatkan Peluang Bisnis dan Dunia Kerja
PONTIANAK - Sebanyak 1.800 mahasiswa program Diploma III dan Sarjana Terapan Politeknik Negeri (Polnep) Pontianak menjalani prosesi wisuda ke-34 di Aula Polnep Pontianak, Kamis (21/9/2023). Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono hadir sekaligus menyerahkan piagam penghargaan kepada wisudawan Polnep Pontianak berprestasi. Atas nama pribadi dan Pemerintah Kota Pontianak, ia mengucapkan selamat kepada para mahasiswa yang menjalani prosesi wisuda.
Ia berharap para lulusan Polnep harus jeli memanfaatkan peluang yang ada. Apalagi kesempatan untuk menjadi ASN sudah sangat terbatas akibat adanya kebijakan moratorium PNS. Oleh sebab itu, para lulusan Polnep yang memiliki potensi-potensi tertentu diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang ada di daerahnya masing-masing. Caranya, dengan menguasai data dan gali informasi sebanyak-banyaknya.
"Banyak sekali yang bisa dikerjakan, dari hal-hal kecil tapi membuat dampak yang begitu besar. Kalau adik-adik punya jiwa entrepreneur atau wirausaha, manfaatkan peluang bisnis yang bisa dikembangkan," ujarnya.
Sebagai gambaran, Edi mencontohkan bisnis warung kopi yang begitu menjamur di Kota Pontianak. Bahkan, kata dia, data yang ada, jumlah warung kopi di Kota Pontianak lebih dari 704. Tetapi tidak pernah terpikir berapa jumlah kopi yang dihabiskan setiap hari. Menurutnya, di Pontianak, setiap hari rerata menghabiskan bubuk kopi sekira 300 hingga 400 kilogram. Pertanyaan lagi, kopinya berasal dari mana dan ternyata 90 persen berasal dari luar Kalbar. Kemudian kenapa di Provinsi Kalbar perkebunan kopinya tidak berkembang, dan kalaupun ada, hanya ditanam oleh masyarakat dengan skala kecil.
"Ini sebagai peluang, kalau adik-adik mempunyai lahan dan menanam kopi serta memprosesnya menjadi bubuk kopi hingga siap diminum, saya yakin kebutuhan kopi di Kota Pontianak bisa terpenuhi," ungkap Wali Kota.
Peluang-peluang demikian bisa dimanfaatkan oleh siapapun selama memiliki keinginan dan kemauan. Ia juga memaparkan beberapa kunci sukses apabila para wisudawan ingin berhasil. Hal pertama adalah tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip agama yang dianut. Kemudian diikuti kejujuran, disiplin dan hubungan komunikasi antar sesama harus ditingkatkan dan terus pertahankan rasa kepercayaan orang lain kepada diri masing-masing.
"Setelah wisuda, para lulusan Polnep pasti memiliki rencana selanjutnya, apakah kembali ke daerah masing-masing atau mencari peluang kerja yang ada di Pontianak maupun daerah lainnya. Di manapun peluang itu tentu harus mendapat informasi, cari informasi sebanyak-banyaknya," pesannya.
Edi berharap, setelah para mahasiswa menyelesaikan pendidikannya di Polnep, mereka bisa melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya atau berkiprah di dunia kerja. Polnep dengan jurusan yang beragam, memang didirikan untuk mengisi lapangan kerja terutama dunia industri dan usaha sehingga bisa langsung dan siap bekerja di berbagai bidang.
"Oleh sebab itu serapan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah bisa terus dikembangkan supaya diterapkan di dunia industri dan usaha," pungkasnya. (prokopim)
Bunda PAUD Monitor MPLS ke SD Bina Mulya
PONTIANAK – Bunda PAUD Kota Pontianak Yanieta Arbiastutie dan jajaran memonitor jalannya Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan di Kota Pontianak. Sudah tiga sekolah yang dikunjungi, salah satunya di SD Bina Mulya Jalan Abdurahman Saleh, Senin (18/9/2023).
"Kedatangan kami ke sini dalam rangka melihat jalannya program Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)," ungkapnya usai menyapa pelajar PAUD dan SD di Bina Mulya.
Keceriaan anak-anak menjawab pertanyaan Bunda PAUD memberi rasa optimis Yanieta terhadap generasi penerus pembangunan Kota Pontianak. Tingkah lucu yang diikuti kepolosan kala bermain itu menjadi tanda yang baik untuk perkembangan mereka. Seperti diketahui, Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan merupakan program pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikburistek). Gerakan ini bertujuan untuk membangkitkan rasa cinta belajar sejak dini.
"Kami melihat lingkungan sekolah, sarana belajar di Bina Mulya serta proses belajar mengajarnya," ujar Yanieta, yang juga merupakan Ketua TP-PKK Kota Pontianak.
Ketua Pokja Bunda PAUD Kota Pontianak, Ersih menerangkan, ada tiga gerakan yang dicanangkan. Pihaknya mengambil sampel pada tiga sekolah, diantaranya SD 24 Pontianak Tenggara, SD 34 Pontianak Kota hingga SD Bina Mulya. Ersih menyebut, tim di lapangan akan menyebar ke seluruh SD di Kota Pontianak.
"Selama dua minggu, Bunda PAUD memonitoring MPLS. Untuk sampel tiga, tapi tim terus ke seluruh sekolah. Timnya ada dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, TP PKK serta organisasi mitra," imbuhnya.
Sejak dicanangkannya pada bulan Juli lalu, seluruh SD di Kota Pontianak sudah tidak lagi menjadikan baca tulis dan hitung (calistung) sebagai syarat diterimanya peserta didik. Ersih menjelaskan, berjalannya gerakan transisi diterima dengan baik oleh masyarakat.
"Harapannya tidak ada sekolah yang tidak melakukan MPLS tadi. Bagaimana sekolah menciptakan suasana menyenangkan, kemudian supaya orang tua tidak panik dengan perkembangan anaknya di sekolah," tutupnya. (kominfo)