,
menampilkan: hasil
Kasus Covid-19 Landai, Kesadaran Warga Terapkan Prokes Meningkat
PONTIANAK - Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyebut perkembangan kasus pandemi Covid-19 di Kota Pontianak mengalami penurunan serta cenderung landai. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil screening tes swab dan kondisi rumah sakit yang ada di Kota Pontianak. Kasus yang landai ini disebabkan ketaatan masyarakat menerapkan protokol kesehatan yang kian meningkat. "Ditambah pembatasan-pembatasan yang dilakukan sehingga bisa memutus mata rantai kluster baru yang berpotensi," tuturnya usai rapat evaluasi Satgas Covid-19 Kota Pontianak di Aula Sultan Syarif Abdurrahman Kantor Wali Kota, Rabu (27/1/2021).
Ia menambahkan, perilaku masyarakat sudah sangat familiar dengan protokol kesehatan. Masyarakat juga sudah memahami bagaimana menjaga imunitas tubuh dengan pola hidup sehat sehingga bisa melawan virus corona. Namun demikian pihaknya terus mengikuti perkembangan kasus Covid-19 di Kota Pontianak dimana mobilitas dan aktivitas masyarakat semakin tinggi. Untuk itu Tim Satgas Covid-19 Kota Pontianak terus melakukan monitoring. "Untuk perkembangan zona juga semu, jadi kadang bisa meningkat dan menurun," kata Edi yang juga selaku Ketua Satgas Covid-19 Kota Pontianak.
Uji swab juga masih gencar dilakukan meskipun ditujukan bagi mereka yang berpotensi pernah kontak erat maupun yang datang dari luar kota. Seperti halnya yang dilakukan di pelabuhan-pelabuhan yang ada di Provinsi Kalbar. "Kita harapkan di Bandara Udara juga semakin ketat sehingga bisa mengendalikan kasus," sebutnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Sidiq Handanu menerangkan, pada Januari 2021, rumah sakit yang melayani pasien Covid-19 tingkat huniannya tercatat di bawah 30 persen. Ia berharap hal ini bisa dipertahankan. "Kita harus tetap waspada karena episentrum Covid-19 di Pulau Jawa sedang tinggi-tingginya," imbuhnya.
Untuk tingkat hunian pasien Covid-19 yang diisolasi di Rusunawa Nipah Kuning dalam bulan ini rerata di bawah 10 orang. Pelaksanaan screening yang diberlakukan terhadap pendatang yang masuk ke Kota Pontianak, baik lewat udara dan laut, dinilainya sebagai langkah tepat untuk mencegah transmisi dan mutasi virus dari luar. (prokopim)
Pembangunan Waterfront, Bangunan Terkena GSS Mulai Dibongkar
PONTIANAK - Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak mulai melakukan pembongkaran bangunan yang terkena Garis Sempadan Sungai (GSS) di Jalan Sultan Muhammad tepian Sungai Kapuas. Pembongkaran tersebut bagian dari pembangunan waterfront sepanjang 990 meter dari Kapuas Indah hingga Pelabuhan Senghie.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menerangkan, pembongkaran ini sebagai tahap awal dalam penataan waterfront segmen di Parit Besar atau Jalan Sultan Muhammad. "Saat ini kita lakukan beberapa pembongkaran bangunan yang terkena penataan, ada lebih dari 60 bangunan yang bagian belakangnya harus dipotong," ujarnya usai meninjau pekerjaan pembongkaran, Rabu (27/1/2021).
Edi menambahkan, rata-rata bangunan yang terkena pemotongan atau pembongkaran antara enam hingga sepuluh meter. Intinya, lanjut dia, sepanjang 15 meter dari turap harus bebas dari bangunan karena itu termasuk dalam GSS.
Penataan kawasan itu akan menonjolkan konsep waterfront dengan promenadenya. Selanjutnya, bangunan-bangunan yang ada di lokasi tersebut bisa menyesuaikan dengan keberadaan waterfront nantinya. "Baik itu konstruksinya maupun bentuk serta fungsinya sehingga bisa menunjang keberadaan waterfront," kata Edi.
Bangunan-bangunan yang ada di sepanjang waterfront tersebut diharapkannya bisa menyesuaikan dengan membuat bagian belakang menghadap ke sungai menjadi muka bangunan. "Dengan begitu tampilan bangunan di sepanjang waterfront akan lebih menarik, ditambah lagi adanya penghijauan," sebutnya.
Edi menyebut, sejauh ini pemilik bangunan mendukung dengan adanya pembangunan waterfront. Meskipun masyarakat sempat mempertanyakan masalah keamanan tetapi persoalan itu bisa dikolaborasikan dengan pihak keamanan agar nantinya disediakan pos-pos pengamanan pada lokasi tersebut.
Ia berharap proses pembangunan waterfront Kapuas Indah-Senghie bisa berjalan lancar dan tertata rapi. Pembongkaran ditargetkan selama satu hingga dua bulan ke depan. "Karena pemancangan telah dimulai sehingga konstruksi harus segera dikerjakan," sebutnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Firayanta menjelaskan, area yang akan dibangun adalah GSS seluas 15 meter ke turap, di mana 10 meternya digunakan untuk promenade dan 5 meternya untuk area penghijauan. Dengan dibangunnya waterfront di lokasi itu, maka bangunan-bangunan yang ada akan diminta menyesuaikan dengan menjadikan bagian belakang sebagai muka atau teras depan menghadap ke sungai. "Jadi bagian muka bangunan ada dua, yang satu menghadap ke Jalan Sultan Muhammad, dan satunya lagi menghadap ke Sungai Kapuas," imbuhnya.
Sementara untuk fungsi bangunan, sambung dia, diserahkan kepada masing-masing pemilik bangunan, apakah masih tetap beraktivitas seperti biasanya atau membuka usaha lainnya. "Kita berharap mereka bisa menyesuaikan untuk mendukung fungsi waterfront misalnya restoran, kuliner atau berjualan kerajinan," tutur Firayanta.
Dijelaskannya, untuk target pembangunan multiyears ini selama tiga tahun dari 2020 hingga 2022. Dalam jangka waktu tersebut jika bisa dipercepat maka ditargetkan pada pertengahan 2022 sudah bisa selesai. Ia menyebut, sebagian besar masyarakat mendukung pembangunan waterfront sebab kawasan itu merupakan cikal bakal pengembangan ekonomi di Kota Pontianak. "Sehingga fungsi dari keberadaan ruko tersebut sangat penting selain untuk Kota Pontianak juga untuk pedalaman," pungkasnya. (prokopim)
Inflasi di Pontianak 2,11 persen di Tahun 2020
PONTIANAK - Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menerangkan, inflasi di Kota Pontianak pada tahun 2020 berada pada angka 2,11 persen. Angka ini masih di bawah inflasi Provinsi Kalbar yang berada di angka 2,46 persen. "Tetapi jika dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional, inflasi di Kota Pontianak berada di atas rata-rata nasional yang berada di angka 1,68 persen," ujarnya usai rapat evaluasi High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Pontianak di Ruang Pontive Center, Senin (25/1/2021).
Menurutnya, terjadinya inflasi tidak terlepas dari pandemi Covid-19 yang tengah dihadapi saat ini, termasuk perubahan cuaca. Bahkan Kota Pontianak mengalami beberapa deflasi sehingga berpengaruh terhadap inflasi. "Beberapa diantaranya mengalami penurunan seperti pada awal 2020 harga ayam merosot, akan tetapi pada akhir tahun justru mengalami kenaikan," sebutnya.
Selain itu, kondisi pandemi Covid-19 ada pembatasan aktivitas termasuk usaha rumah makan dan warung kopi. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena mulai diterapkannya adaptasi kebiasaan baru dengan protokol kesehatan. "Setelah aktivitas ekonomi mulai bergeliat lagi, kebutuhan masyarakat meningkat kembali," tuturnya.
Kondisi cuaca seperti air pasang, hujan disertai angin juga berpengaruh terhadap harga beberapa komoditas seperti cabai. Beberapa lahan tanaman terendam dan di beberapa daerah terjadi bencana. "Sehingga harga cabai mengalami kenaikan di pasaran," sebutnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak mencanangkan program gerakan menanam cabai dan sayuran di pekarangan masing-masing. Pihaknya juga berupaya meningkatkan kualitas distribusi dan memperhitungkan kebutuhan pangan yang diprediksi mempengaruhi angka inflasi. "Mudah-mudahan di Kota Pontianak tingkat inflasi bisa terkendali karena pentingnya pengendalian inflasi untuk kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.
Tahun 2021 pihaknya akan memetakan kembali terutama dengan memperbaiki data yang ada. Termasuk memprediksi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan atau kebutuhan pokok yang meningkat setiap hari besar keagamaan. "Mobilitas masyarakat yang tinggi juga menjadi bahan evaluasi," pungkasnya. (prokopim)
Wali Kota Edi Kamtono Sambut Jenazah Toni Ismail dan Keluarga
PONTIANAK - Kedatangan lima peti jenazah Toni Ismail dan keluarga, korban musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, disambut para pelayat di Masjid Al Hikmah Jalan Dokter Wahidin Sudirohusodo.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono turut serta mengangkat peti jenazah ke dalam masjid untuk disalatkan berjamaah. Ia berharap keluarga korban diberikan kesabaran, kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini. "Semoga korban bisa ditempatkan di surganya Allah SWT, dilindungi dan dilapangkan kuburnya serta ditempatkan disisi terbaik," ujarnya usai salat jenazah berjamaah di Masjid Al Hikmah, Minggu (24/1/2021).
Kelima jenazah yang disalatkan adalah Toni Ismail, Rahmawati, Athar Rizki Riawan, Ratih Windania dan Yumna Fanisyatuhzahra.
Pihaknya juga menyerahkan dokumen kependudukan berupa akta kematian, KTP-el dan Kartu Keluarga kepada keluarga korban. Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak dalam hal ini membantu pengurusan dokumen administrasi kependudukan bagi korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Edi menuturkan saat ini masih ada satu jenazah warga Kota Pontianak yang belum teridentifikasi. Hingga kini sudah ada 10 jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang merupakan warga Kota Pontianak dan telah dimakamkan. "Kita masih menunggu proses identifikasi yang dilakukan tim DVI, baik dari DNA maupun barang-barang yang bisa diidentifikasi," ungkapnya
Tercatat 11 warga Kota Pontianak yang menjadi korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan rute penerbangan Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Januari 2021. (prokopim)